Bab 8 Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan |
Bab 8 Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Kemiskinan
Ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan, ahli filsafat seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, dimana teori pengetahuan merupakan cabang atau filsafat.
1. ILMU PENGETAHUAN
Berikut beberapa teori para ahli mengenai ilmu pengetahuan:
1.
Aristoteles: pengetahuan merupakan pengetahuan
yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi.
2.
Decartes: ilmu pengetahuan merupakan serba budi;
3.
Bacon
danDavid Home: ilmu pengetahuan merupakan pengalaman indera dan batin;
4.
ImmanuelKent: Pengetahuan merupakan persatuan
antara budi dan pengalaman; dan menurut teor
5.
Phyroo: mengatakan tidak ada kepastian dalam
pengetahuan.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiahndan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah guna mendukung dalam mencapai tujuan ilmu, sehingga benar-benar objektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi :
a.
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c.
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
d.
Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber,
kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk
langkah selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebut
generic meliput segala usaha penelitian dasar dan terapan serta
pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah,
sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan
ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai penggunaan sistematis dari pengetahuan
yang diperoleh penelitian untuk keperluan produksi bahan2, cipta rencana sistem
metode atau proses yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau
engineeringnya. (Bachtiar Rifai, 1975)
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah. Contoh sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam masyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban setiap individu jelas. Argumen ontologis, kalau menurut teori Plato, artinya berteori tentang wujud atau hakikat yang ada. Keadaannya sekarang sudah berkembang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah. Contoh sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam masyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban setiap individu jelas. Argumen ontologis, kalau menurut teori Plato, artinya berteori tentang wujud atau hakikat yang ada. Keadaannya sekarang sudah berkembang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. TEKNOLOGI
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat
sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengeubah setiap bidang kehidupan
manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudu “The
Technological Society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik.
Meskipun untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya,
melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi
(untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia.
Batasan ini bukan bentuk teoritis, melainkan perolehan dari aktivitas masing -
masing dan observasi fakta dari apa yang disebut manusia modern dengan
perlengkapan tekniknya. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode
dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandarisasi dan diperhitungkan
sebelumnya. Menurut Sastrapratedja ciri-ciri fenomena adalah sebagai berikut:
a.
Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
b.
Artifilitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengeminilisikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
d.
Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.
Monisme, artinya semua teknik bersatu saling berinteraksi dan saling bergantung.
f.
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.
Otonomi, artinya teknik berkembang menurut sendiri.
Luas bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
1.
Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri.
2.
Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukumdan militer.
3.
Teknik meliputi bidang manusiawi , seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan dan obat-obatan.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau sekelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat tersebut adalah :
1.
Serba intensif dalam berbagai hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain.
2.
Dalam struktur sosial teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3.
Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feiferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.
3. Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Nilai
Ilmu dapatlah dipandang sebagai sebuah produk, sebagai sebuah proses, dan sebagai paradigma etika ( Jujun S. Surriasumantri). Ilmu sebuah produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan dan diakui secara umum dan universal maksudnya. Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai atau moral berasal dari ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini ilmu dan teknologi dibagi menjai dua golongan yaitu :
1.
Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal penggunaanya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau tujuan buruk.
2.
Golongan menyatakan ilmu dan teknologi bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan.
Masyarakatseperti nilai dan moral, sebab kurangnya kendali demikian konsekuensinya jauh lebih buruk. Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya:
1.
Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2.
Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan ilmuwan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
4. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan yang merupakan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok bisa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
a.
Perspektif manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
b.
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar dan
c.
Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Ciri-ciri mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan adalah sebagai berikut :
a.
Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dsb
b.
Tidak memiliki kemugkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan seperti, untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
c.
Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orangtua mencari tambahan penghasilan.
d.
Kebanyakan tinggal didesa sebagai peserta bebas self employed, berusaha apa saja.
e.
Banyak yang hidup dikota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan
Kemiskinan disebabkan struktur ekonomi, dan inti pokok dari struktur adalah realisasi hubungan antara suatu subjek dan objek dan sistem. Pola relasi dalam struktur sosial ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Pola relasi antara manusia (subjek) dengan sumber-sumber kemakmuran ekonomi seperti alat-alat produksi, fasilitas-fasilitas negara, perbankan dan kekayaan sosial.
b.
Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi.
c.
Pola relasi antara subjek antara komponen-komponen sosial ekonomi dalam keseluruhan mata rantai dalam kegiatan dengan bantuan sistem produksi.
Kalau kita menganut teori fungsionalis dari stativikasi maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi yaitu :
1.
Fungsi ekonomi : Penyedia tenaga untuk pekerjaan tertentu menimbulkan dana sosial.
2.
Fungsi sosial : menimbulkan altruisme ( kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya,
3.
Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia
4.
Fungsi politik : berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun kemiskinan mempunyai fungsi bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi, karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar